Sabtu, 14 April 2012

Sebuah Novel karangan Anak Aquarius


“Hatiku Untukmu”

Suatu hari yang cerah membuat bunga-bunga di depan rumah Rinda Syafira terlihat sangat indah. Tapi sayangnya kecerahan pada hari itu tidak membuat hati Rinda menjadi cerah. Anak bungsu dari ke empat bersaudara ini sering sekali menyendiri, tapi itu hanya berlaku di rumahnya, di sekolah Rinda terkenal dengan keceriaan dan kejailannya.
Setiap pulang sekolah Rinda hanya berdiam diri di rumah, yang Rinda lakukan hanyalah mendengarkan dan memainkan musik, menulis, dan membersihkan rumah. Terkadang Rinda keluar rumah hanya untuk membeli sesuatu, mengerjakan tugas sekolah, atau sekedar untuk menenangkan diri saja. “Aku bingung, sebenarnya apa sih tujuanku hidup di dunia ini?” keluh Rinda dalam hati.
“Mah, aku berangkat sekolah dulu ya.” Pamit Rinda buru-buru.
“Loh kok buru-buru makan dulu ya Rin.” Sambut Mamah Rinda.
“Eem nanti disekolah saja, soalnya Rinda sudah terlambat.” Jawab Rinda menolak.
“Ya sudah hati-hati ya nak.”
Rinda pergi dengan motor maticnya, Rinda anaknya memang susah diatur. Meskipun susah diatur, tapi Rinda ini sangat baik, ramah, sopan, dan penurut.
“Rin, kamu sudah mengerjakan tugas belum?” Tanya Vira, sahabat Rinda sejak kecil.
“Sudah dong, kamu mau liat?” jawab Rinda sambil membuka tasnya.
“Iya, tapi itu juga kalau boleh, kalau tidak boleh juga tidak apa-apa kok..” sambung Vira.
“Aaah kamu ini, kitakan sudah sahabatan dari dulu. Jadi apa sih yang enggak buat kamu Vir” sambung Rinda sambil menyenggol bahu Vira.
Rinda tidak hanya terkenal dengan keceriaan dan kejailannya saja, tapi Rinda juga terkenal dengan kepintaran, kecerdasan dan kecantikannya. Maka tak heran setiap minggu Rinda yang kelahirannya di Prancis ini, sering ditembak oleh banyak cowok.
Bel berbunyi tanda kegiatan belajar mengajar selesai, dan Rindapun bergegas keluar dari kelasnya.
“Rin, kenapa terburu-buru seperti itu” Tanya Vira sambil melambaikan tangannya.
“Maaf Vir, aku pulang duluan ya soalnya aku mau ke took buku”.
“Oh ya sudah, hati-hati ya”
“Iya, terima kasih”. Sambut Rinda sambil memakai helm.
Sesampainya Rinda di rumah, Rinda langsung mencium tangan kedua orang tuanya dan langsung menuju ke kamarnya.
“Mah,Pah, aku mau ke toko buku dulu ya.” Pamit Rinda sambil memakan roti.
“Loh kok buru-buru susunya dihabiskan dulu.” Sambut Mamah Rinda.
“Eem nanti saja kalau Rinda pulang, bukunya itu sangat terbatas jadi Rinda takut gak kebagian.”
“Ya sudah hati-hati ya nak.”
Rinda pergi dengan motor maticnya, dan tak terasa dompetnya tertinggal di dapur. Rinda ini memang sangat teledor, dia selalu menaruh barangnya disembarang tempat.
“Permisi mba, buku tentang SEJARAH KOMPUTER masih ada atau tidak ya.?” Tanya Rinda sopan pada salah satu pelayan toko buku.
“Oh iya Neng, bukunya terbatas dan pembelian terakhir sudah dibeli oleh seseorang” jawab pelayan toko buku.
“Yaaah, padahal saya sangat membutuhkannya. Ya sudahlah terima kasih mba” keluh Rinda sambil berjalan menuju pintu keluar.
Rindapun keluar dari toko buku, dan tiba-tiba ada yang menyentuh bahunya. Rindapun tersontak kaget dan langsung melirik wajah orang yang menyentuh bahunya. Rindapun terdiam sejenak dan dalam hati Rinda berkata “Waah, tampan sekali cowok ini, tinggi lagi dan sepertinya dia anak baik-baik”. Sambil menatap wajah cowok tersebut.
“Eem maaf, aku tidak bermaksud mengejutkan kamu, aku cuma mau ngasih ini ke kamu.” Omong cowok itu sambil menyodorkan buku yang Rinda cari.
Rinda terdiam, dia bingung dia tidak mengenal cowok tampan ini. Dan tiba-tiba cowok ini memberi buku yang dia cari.
“Kenapa diam saja? Oh iya, namaku Fahmi kalau boleh tau nama kamu siapa.?” Fahmi bingung sambil menyodorkan tangannya bermaksud untuk bersalaman.
“Eeemm.. a.a…aku Rinda.” Jawab Rinda gugup.
“Oh Rinda ya, nama yang cantik sama seperti orangnya”. Sambut Fahmi sambil menundukkan kepalanya.
“Eeem makasih”. Jawab Rinda tersipu malu.
“Sekali lagi maaf ya, aku tidak bermaksud untuk mengejutkan kamu, aku aku liat kamu di toko buku tadi, kamu mencari buku inikan.?” Sambung Fahmi menenangkan Rinda yang terlihat gugup sambil menyodorkan buku yang Rinda cari.
“Oh iya memang aku mencarinya. Tapi sayangnya aku kurang beruntung. Aku cari kemana-mana tapi tetap saja aku tidak menemukannya.” Jawab Rinda masih gugup.
“Ya sudah, buku ini untuk kamu saja aku sudah selesai membacanya”. sambung Fahmi lembut.
“Eem tidak terima kasih. Lagi pula aku bisa pinjam ke teman aku kok.” Tolak Rinda yang sebenarnya ingin sekali menerimanya.
“Kenapa? Apa karena kita baru kenal.? Tenang saja aku orang baik-baik kok, jadi tidak usah takut.” Tanya Fahmi lembut.
“Bukan seperti itu, okelah aku terima bukunya, tapi aku beli, gimana?” Rinda menyetujui dengan syarat.
“Loh ko jadi gitu, akukan ingin ngasih ke kamu bukan untuk menjualnya.” Tolak Fahmi.
“Ya sudah, kalau begitu aku tidak mau.”
“Oke,,oke.. buku ini kamu beli, tapi untuk kamu aku jual dengan harga 40 ribu saja, bagaimana.?” Fahmi menyetujui dengan syarat juga.
“Em, tapi gak apa-apa ni, buku inikan harganya lumayan mahal masa kamu jual dengan harga yang sangat murah sih.” Jawab Rinda berusaha mengelak.
“Tak apa, lagi pula bukunyakan sudah seken. Heeheehee..” jawab Fahmi sambil tersenyum.
Rinda menundukkan kepalanya sejenak, untuk menyembunyikan rona merah dipipinya. Dalam hati Rinda berkata “Duuh liat dia tersenyum, terlihat semakin tampan saja.”
“Ya sudah aku beli ya” sambung Rinda sambil membuka tasnya.
Tapi sayang, dompetnya tertinggal di dapur. Rindapun gelisah, sesaat dia melihat wajah Fahmi.
“Kenapa? Kok kelihatannya gelisah begitu.” Tanya Fahmi heran.
“Eem..anu..eem.. dompetku tertinggal di rumah, ya sudah aku pulang dulu ya, nanti aku kesini lagi.” Rinda tersipu malu.
“Ya sudah, ambil saja bukunya. Kalau masalah bayar nanti saja kalau kita ketemu lagi. Oke.” Fahmipun kembali tersenyum.
“Aduh, aku jadi merasa tidak enak ni sama kamu. Kalau saja dompetku tidak tertinggal pasti sudah aku bayar.”
“Ya sudahlah, ni bukunya.” Sambung Fahmi sambil menyodorkan buku.
“Terima kasih.” Sambut Rinda tersenyum.
“Iya kembali kasih. Oh iya, aku pergi dulu ya. Ini kartu nama aku.” Sambung Fahmi sambil melihat jam tangannya.
“Em, tunggu sebentar.” Ucap Rinda sambil mengambil selembar kertas dan menuliskan sesuatu “ini nomor Hpku.”
“Terima kasih.” Sambut Fahmi tersenyum.
Baru kali ini Rinda ngasih nomor Hpnya pada orang yang baru saja dia kenal. Sungguh tak disangka perkenalan antara Rinda dan Fahmi sangatlah membuahkan hasil yang sangat manis.
“Mamah aku pulang..” salam Rinda kepada Mamahnya,
“Sudah pulang ya, sana makan dulu terus langsung mandi.” Sambut Mamah Rinda dengan kecupan.
“Iyah Mah. Mah tau tidak, aku tadi bertemu dengan seorang pria yang sangat tampan, dan dia juga ngasih buku ini ke aku.” Cerita Rinda yang membuat Mamahnya penasaran.
“Oh ya.? Apa kamu tidak takut sama orang itu.” Respon Mamah.
“Tadinya sih aku takut, tapi keliatannya dia orang baik kok. Jadi aku tidak takut.” Sambung Rinda.
“Ya sudah, nanti kenalkan sama Mamah ya.!”
“Oke, tapi aku tidak janji ya Mah, soalnya kaliatannya dia sibuk sekali.”
Rinda dan Mamahnya sangat akrab sekali, meskipun Rinda bukan anak kandungnya, tapi Mamah sangat sayang sekali pada Rinda. Bunda Rinda sudah meninggal setahun yang lalu, kemudian Ayahnya menikah lagi setelah 8 bulan kematian Bundanya.
Tadinya Rinda tidak setuju dengan perkawinan Ayahnya, namun karena Ayahnya sangat ingin sekali menikah akhirnya Rindapun menyetujuinya. Meskipun seperti itu, setiap pagi hingga siang Rinda selalu sendirian. Ayahnya sibuk bekerja, dan karena Mamahnya itu Bos disuatu pabrik terigu maka tak heran bila setiap hari dia selalu mondar-mandir kesana kemari.
Sungguh kasihan hidup seorang gadis remaja ini. Dia kaya dan dia punya segalanya, tapi dia tidak mempunyai sesuatu yaitu kasih sayang dari orang tuanya. Dia hanya mendapat kasih sayang dari kakak-kakaknya dan teman-temannya saja, tapi tidak dengan kedua orangtuanya yang terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.



“Perpisahan Kita”

Sudah hampir 5 bulan Rinda dan Fahmi berteman, setiap hari minggu mereka selalu jalan bersama. Dan saat berpisahpun tiba, Rinda sudah lulus sekolah dan berencana akan melanjutkan kuliah di Negara asalnya yaitu Prancis. Gadis indo ini sebenernya tidak mau melanjutkan kuliah di Prancis, tapi karena ini kemauan Bundanya dulu, jadi dia memutuskan untuk kuliah di Prancis.
Ini adalah keputusan terberat dalam hidup Rinda. Rinda tak ingin pergi jauh dari Fahmi, tapi Rinda juga tidak ingin mengecewakan Bundanya. Tapi apa boleh buat, toh dia disana hanya 5 tahun. Tapi itu adalah waktu yang sangat lama bagi Rinda maupun Fahmi.
“Waaah… takku sangka ternyata Fahmi lebih kaya dariku, rumahnya besar sekali dan mobilnya banyak lagi.” Kagum Rinda dalam hati sambil memandangi rumah Fahmi.
“Permisi Non, cari siapa.?” Tanya tukang kebun yang ada disekitar rumah Fahmi.
“Maaf pak, apa benar ini rumahnya Fahmi Rizkian Hanggono.?” Tanya Rinda kepada tukang kebun.
“Iya betul, non siapa ya?” Tanya kembali tukang kebun sambil menganggukkan kepala.
“Saya Rinda saya temannya Fahmi, apakah Fahmi ada di rumah?” Jawab Rinda sopan.
“Oh ada, silakan masuk” sambut tukang kebun sambil membukakan gerbang.
Rindapun masuk kerumahnya Fahmi dan melihat isi rumahnya yang sangat megah tersebut. Dan Fahmipun dating.
“Rinda” Undang Fahmi.
“Fahmi” Sambut Rinda dengan senyuman.
“Ada apa kemari? Kamu pasti kangen ya sama aku.? Heeheehee”. Canda Fahmi.
“Idih kamu tuh ya PD banget si” jawab Rinda mengelak, yang sebenarnya memang Rinda merindukan Fahmi.
“Heeeheehee…. Iya dong” Fahmi tersenyum.
“Fah, aku ingin bicara sesuatu sama kamu tapi tidak disini”. Rindapun mulai mengobrol.
“Boleh, ya sudah tunggu sebentar aku ganti baju dulu ya”.
Setelah selesai, Fahmi dan Rindapun langsung menuju suatu tempat faforit mereka. Sesampainya mereka disana, mereka saling diam. Dan akhirnya Fahmi yang bicara duluan.
“Ada Rin? Katanya mau ngomong sesuatu.” Obrol Fahmi.
“Eh iya, em Fah aku mau kuliah di Prancis.” Sambung Rinda sambil menundukkan kepala.
“A…apa.? Prancis?” Fahmi terkejut.
“Iya Fah, sebelum Bundaku meninggal Bunda pesan sama aku agar kalau aku lulus sekolah, aku kuliah di Prancis.” Rinda menjelaskan.
“Tapi, Prancis itu bukan tempat yang dekat Rinda.” Fahmi mengelak.
“Aku tau Fah, tapi apa boleh buat itu keinginan Bundaku.”
“Berapa lamu kamu kesana?” Tanya Fahmi.
“Mungkin 5 tahun.” Jawab Rinda.
“5 tahun? Rinda aku tuh tidak bisa hidup tanpamu dalam waktu selama itu.” Fahmi tetap mengelak.
Setelah perdebatan antara Fahmi dan Rinda berlangsung lama, akhirnya Fahmi menyerah dan mengikuti apa kata Rinda.
<To Be Continue>


Sumber: 27/01/96

Tidak ada komentar:

Posting Komentar